MAPEL INFORMATIKA ITU MUDAH !
Tahun pembelajaran 2019/2020 merupakan tahun pertama dimana mata pelajaran Informatika
akan dibelajarkan secara terstruktur kepada peserta didik. Sebagai
tahap awal, sesuai dengan amanat Permendikbud Nomor 35 Tahun 2018,
Informatika pada jenjang SMP akan dilaksanakan sebagai mata pelajaran
pilihan, yakni "Prakarya dan/atau Informatika". Sedangkan pada jenjang
SMA (Permendikbud Nomor 36 Tahun 2018, Informatika akan dilaksanakan
sebagai mata pelajaran pilihan (Lintas Minat). Masuknya Informatika
sebagai mata pelajaran Pilihan (Lintas Minat) pada jenjang SMA memiliki
dasar yang cukup kuat, yakni sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 77K ayat 4 butir d yakni kelompok "Peminatan
Lainnya".
Jika melihat pengalaman kelahiran mata pelajaran TIK sebagai mata pelajaran WAJIB
pada tahun 2006 (KTSP 2006) yang didahului dengan kehadiran mata
pelajaran TIK/Komputer di tahun 2004 (KBK 2004) di sebagian sekolah
piloting atau pelaksana terbatas KBK. Maka blueprint Informatika pun di
rancang untuk dapat dilaksanakan secara terstruktur sebagai mata
pelajaran wajib mulai tahun 2021 di semua jenjang, sedangkan untuk awal
ini masih sebagai mata pelajaran pilihan. Hal ini dilakukan untuk
menyambut era Industri 4.0 dan untuk membiasakan peserta didik berfikir
komputasi (computational thinking) sebagai basic skill ke-4 yang harus
dikuasai peserta didik selain membaca, menulis dan berhitung.
Sebagai pembanding, India yang memiliki jumlah penduduk 5 kali lipat
Indonesia pada grade 11 dan 12 juga mengajarkan TIK sebagai mata
pelajaran PILIHAN untuk persiapan masuk ke perguruan tinggi. Pada grade 11 dan 12 peserta didik dikenalkan dan diajarkan Computer Science untuk siswa jurusan Ilmu Alam sedangkan untuk siswa jurusan Ilmu Sosial dan Humanis atau Bahasa dikenalkan dan diajarkan Informatics
dengan jumlah jam tatap muka mencapai 8x40 menit per minggu. Sedangkan
untuk jenjang SD pada grade 3 hingga 5 (2x40 menit per minggu) dan grade
6 hingga 10 (5x40 menit per minggu) peserta didik dikenalkan dengan
Computer Science dan Informatics sebagai mata pelajaran WAJIB sebagai dasar agar siswa lebih mudah dalam menerima materi pada grade 11 dan 12.
Jam TIK Dunia (2017)
Bagaimana dengan jam mata pelajaran Informatika ? Pada jenjang SMP
karena merupakan mata pelajaran pilihan maka Informatika mendapat
alokasi waktu 2 JP sedangkan pada jenjang SMA mendapat alokasi waktu 3
JP. Kedepan seiring dengan rencana akan diwajibkannya mata pelajaran
Informatika di setiap jenjang, bahkan dapat masuk dalam kelompok mata
pelajaran A (umum) tentu akan semakin memperkuat posisi Informatika
sebagai sebuah cabang ilmu dasar.
Bersama Hadi Partovi - Code.Org
Bersama Mitchel Resnick - MIT Media Lab
Scratch Programming :
Bersama Siswa Grade 8 di Korea Selatan
Disisi lain Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan juga telah
menyiapkan program peningkatan kompetensi guru TIK/Informatika yang
memang menjadi kewenangannya agar guru dapat melaksanakan pembelajaran
informatika sesuai dengan tujuan di lahirkannya mata pelajaran ini
berupa ToT hingga pelatihan guru melalui pemberdayaan komunitas guru
pembelajar melalui wadah forum MGMP di daerah, bahkan pada tanggal 3 -
23 Maret 2019 yang lau GTK telah memberangkatkan guru untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan "CODING SKILL" di India yang salah satu
tujuannya untuk menyiapkan guru-guru dalam pembelajaran Informatika di
sekolah serta mendesiminasikan dan menerapkan ilmu yang didapatnya di
Indonesia.
Tim Coding Skill Indonesia
Asosiasi Guru Teknologi Informasi Indonesia (AGTIFINDO.OR.ID) sebagai
salah satu organisasi profesi guru TIK/KKPI, Produktif kelompok TIK SMK
dan Insan TIK menyambut baik kebijakan mata pelajaran Informatika ini
dan terus mendorong agar Informatika ini menjadi mata pelajaran Wajib
pada Kelompok A (Umum) di semua jenjang. Dan saat ini juga tengah
menyiapkan turunan dari KI/KD (Permendikbud 37 Tahun 2018 ) sebagai
alternatif bagi guru sambil menunggu hasil dari PUSKURBUK - BALITBANG
berupa Analisis KI/KD yang berisi Lingkup Materi dan Indikator
Pencapaian Kompetensi (IPK) model silabus, RPP, model pembelajaran dan
bahan ajar hingga teknik membelajarkan mata pelajaran Informatika kepada
peserta didik.
Dalam permendikbud 35 dan 36 Tahun 2018, dinyatakan bahwa mata pelajaran
Informatika dilaksanakan mulai tahun ajaran 2019/2020 sesuai dengan "kesiapan sekolah".
Pertanyaan selanjutnya adalah ukuran dari kesiapan sekolah, yakni
sarana dan prasarananya, tenaga pengajarnya (guru) serta administrasi
pembelajarannya.
Saat ini hampir semua sekolah di jenjang SMP dan SMA serta sederajat
telah melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) artinya jika
"ukuran" sarana tersebut adalah "Komputer" dan "Koneksi Internet" maka
salah satu syarat "Kesiapan Sekolah" telah terpenuhi. Bahkan untuk
sekolah-sekolah dengan Akreditasi A pastinya sudah pula prasaran
pendukung lainnya seperti ruangan dan jaringan komputer.
Jika ukuran "kesiapan sekolah" adalah tenaga pengajar atau guru, maka
hampir bisa dipastikan sekolah-sekolah dengan Akreditasi A bahkan
Akreditasi B masih memiliki guru TIK minimal untuk bisa mengajarkan
Informatika di kelas 7 (SMP) dan 10 (SMA).
Jika ukuran "kesiapan sekolah" adalah masalah kompetensi, kesiapan dan
kewenangan guru dalam mengajar Informatika, maka semua Guru TIK baik
yang LINIER maupun yang tidak linier NAMUN memiliki Sertifikat pendidik
TIK/KKPI dapat mengajar Informatika. Sertifikat pendidik merupakan bukti
profesionalitas guru kompeten di bidang tersebut. Seperti halnya mata
pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) yang tidak pernah ada
LPTKnya dan masih sedikit yang tersertifikasi PKWU bahkan beberapa mata
pelajaran sperti Matematika, IPA, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi danpat
mengajar dan "dianggap" kompeten mengajar PKWU padahal Ijazah dan
Sertifikasinya tidak Linier, lalu mengapa untuk Informatika
dipermasalahkan?
Perlu diketahui dan difahami, bahwa mata pelajaran Informatika merupakan
"mata pelajaran baru" sehingga wajar saja ditahun-tahun pertama,
guru-guru masih beradaptasi dengan mata pelajaran ini, seperti halnya
dahulu saat TIK baru diterapkan di Kurikulum 2006, guru-guru non-TIK
cepat belajar dan beradaptasi dengan mata pelajaran TIK tersebut,
termasuk saat PKWU baru lahir di 2013, guru-guru PKWU juga dapat
beradaptasi dengan cepat.
Kuncinya ada kemauan dari guru-guru TIK untuk keluar dari "ZONA NYAMAN",
karena jika tidak mata pelajaran Infromatika akan diisi oleh
alumni-alumni LPTK yang baru (fresh graduated) atau guru-guru mapel lain
seperti Matematika dan Fisika yang saat mereka masih kuliah juga
mendapatkan dasar tentang algoritma pemrograman.
Project : Kolaborasi TIK dan Kimia
Disisi lain, mengenai kesiapan guru dalam mengajar Informatika merupakan
PR kita bersama untuk dapat meningkatkan kompetensi mereka melalui
pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh GTK/LPTK/LPMP ,
penguatan serta workshop di forum-forum MGMP serta melalui organisasi
profesi semisal AGTIFINDO yang juga memiliki cabang hingga
kedaerah-daerah untuk penyebaran informasi dan pelatihan baik secara
langsung maupun daring. Sehingga rasanya sudah tidak relevan masalah
kompetensi guru menjadi handicap, terlebih ditahun awal diterapkan
Informatika ini.
Akhirnya, "kesiapan sekolah" lebih kepada "Kemauan" dan "Kebijakan" para
pengambil kebijakan di satuan pendidikan yakni Kepala Sekolah,
Kurikulum maupun Manajemen Sekolah lainnya. Lebih kepada pertimbangan
penggajian atau lebih kepada pertimbangan pemenuhan beban mengajar mata
pelajaran lain.
Mata pelajaran Informatika merupakan Investasi negara yang tidak hanya
semata untuk generasi mendatang namun lebuh dari itu yakni untuk
kedaulatan dan ketahanan nasional bangsa dan negara kita dibidang
teknologi informasi yang akan berpengaruh di bidang-bidang lainnya.
Investasi mata pelajaran Informatika merupakan wujud dari "Membeli Masa
Depan Dengan Harga Sekarang !"
Hamster Robot with Schratch
Untuk rekan-rekan sahabat dan seperjuangan, jangan "Takut" terhadap
Informatika, jangan "Takut" untuk keluar dari zona nyaman, karena cepat
atau lambat hal itu akan terjadi. Akan lebih baik jika kita siapkan
semuanya dari sekarang. Untuk bisa mengajar Informatika tidak harus anda
ahli matematika, cukup anda faham logika matematika dan algoritma
pemrograman. Untuk bisa faham, anda harus berlatih dan untuk bisa mahir
anda harus terbiasa. Berfikir Komputasi (Computational Thinking)
merupakan modal dasar untuk menumbuhkan kemampuan itu didalam diri anda
dan peserta didik anda.
Apakah semua guru PJOK bisa berenang ? Apakah semua guru Fisika bisa membuat Pesawat Terbang? Apakah semua guru Kimia bisa meramu obat ? Apakah semua guru Matematika menguasai dan fasih ilmu Geometri, Aljabar, dan Aritmatika ? Apakah Albert Einstein pernah sekolah atau ilmunya didapat disekolah ? Apakah Wright bersaudara adalah guru fisika ? Semua membutuhkan proses, begitu pula dengan Guru TIK dan sisa waktu yang tersisa cukup untuk menyiapkan segalanya.
Apakah semua guru PJOK bisa berenang ? Apakah semua guru Fisika bisa membuat Pesawat Terbang? Apakah semua guru Kimia bisa meramu obat ? Apakah semua guru Matematika menguasai dan fasih ilmu Geometri, Aljabar, dan Aritmatika ? Apakah Albert Einstein pernah sekolah atau ilmunya didapat disekolah ? Apakah Wright bersaudara adalah guru fisika ? Semua membutuhkan proses, begitu pula dengan Guru TIK dan sisa waktu yang tersisa cukup untuk menyiapkan segalanya.
Salam Perjuangan dan Semangat Pagi !
Fathur Rachim,S.Kom.M.Pd
Ketua Umum DPP AGTIFINDO